Senin, Januari 23, 2012

Pameran Naga Jawa

Oleh: Kafi Kurnia

Tarikh Tiongkok yang berbasis lunar, pada tanggal 23 Desember 2012, memasuki sebuah awalan baru, yaitu tahun Naga. Atau lebih dikenal dengan Shio Naga. Shio dalam penanggalan Tiongkok selalu berlambang hewan. Dan ada 12 shio dalam satu siklus. Naga adalah shio ke lima, dan tahun ini berdasarkan perhitungan Feng Shui, shio naga tahun 2012 dipengaruhi oleh elemen air.

Walaupun Naga merupakan hewan mistis, yang diciptakan berdasarkan legenda, penokohan naga ada dalam budaya barat dan timur. Meskipun bentuk penokohan-nya sangat berbeda. Naga yang merupakan simbol kekuatan kini dipengaruhi air yang sangat lentur dan mudah berubah bentuk. Maka tahun 2012 dipercaya akan menjadi tahun yang sangat unik. Sebuah awal dari sebuah peradaban baru dengan kekuatan baru. Setelah gejolak di Timur Tengah, dan wafatnya sejumlah diktator di tahun 2011. Maka 2012 dipercaya akan memunculkan kekuatan-kekuatan baru.

Di tanah Jawa sendiri, penampakan dan penokohan Naga, sangat tidak asing. Berbagai ornamen lama di gedung-gedung tua, dan kraton, sarat dengan simbol-simbol naga. Termasuk didalam bentuk-bentuk keris, perabot rumah tangga serta ornamen gong dan gamelan. Uniknya motif naga juga sangat kaya dalam kain-kain tradisional seperti Batik. Dan bentuk penokohan dan penampakan naga tersebut sangat khas dengan budaya Jawa.

Roemah Pelantjong sebagai hub-kreatif di Djogdjakarta, yang memiliki misi untuk menjadikan Djogdjakarta sebagai tujuan pariwisata global berikutnya, mulai tanggal 22 Januari 2012 menggelar sebuah pameran unik. Yakni, gelaran  yang diberi nama NAGA DJAWI. Pameran ini merupakan event dengan menggelar sejumlah kegiatan;mulai dari kuliner, batik, lukisan, foto, t-shirt, hingga merchandise.

Pameran Naga Djawi menggelar peluncuran Bakpia Unik yaitu BAKPIA DJANGGUT NAGA. Bakpia yang berasal dari dialek HOKKIEN yang artinya kue berisi daging. Konon merupakan sebuah peristiwa kuliner unik. Karena berawal dari budaya Peranakan, kini BAKPIA telah berubah menjadi oleh-oleh khas asli Djogdjakarta. Bakpia sendiri memiliki sejumlah cerita awal yang berbeda-beda dan menjadi legenda tersendiri.

Salah satu cerita favorite, adalah kue yang dikenal dengan sebutan “Lou Pho Piang” – atau kue istri ini , berawal dari sebuah desa terpencil di Tiongkok. Saat itu sebuah penyakit misterius tengah menjadi wabah di seluruh desa. Ada sepasang suami istri yang orang tuanya terjangkit penyakit tersebut.

Maka sang istri bekerja siang dan malam untuk mencari uang untuk membeli obat. Sang suami tersentuh, lalu membuat kue istimewa untuk sang istri. Cerita itu menyebar cepat keseluruh negeri, dan menjadi perlambang cinta. Termasuk di Djogdjakarta. Dan untuk menyambut tahun NAGA, Roemah Pelantjong menyajikan Bakpia Djanggut Naga yang esklusif.

Pameran Naga Djawi juga menggelar sejumlah lukisan dari para artis “street art” yang sedang naik daun. Artis seperti Anton Win, Aji, Sabik, Rewhat, Alil dan Rudy. Dan sebuah lukisan anyar, dari kartunis asal Djogdjakarta – Sukribo. Lukisan yang berjudul “ROCK’N’ROLL DRAGON” menampilkan interpertasi dan dinamika negeri yang bergejolak untuk menunggangi sang naga, agar bisa dikendalikan. Dinamika dan pergerakan yang terlukiskan menunjukan enerji dan perjuangan yang berkesinambungan. Menunjukan semangat pantang menyerah yang ditata dalam humor khas Sukribo.

Hal langka yang juga unik adalah pameran kain tradisional. Yang pertama adalah pameran sejumlah kain tradisional yaitu batik asli Djogdjakarta. Sejumlah batik tulis dengan motif naga di buat oleh pengrajin dan artis batik di Bayat dan Bantul. Batik-batik ini dibuat hanya dalam satu warna atau mono-chrome yang tradisional. Dan dua warna yang sangat indah dan mempesona. Pameran Naga Djawi juga menampilkan batik nithik asli Imogiri. Batik tradisional ini sangat berbeda dalam cara pelukisan-nya, yaitu tidak dilukis melainkan dilakukan dengan cara menitik-kan sejumlah titik yang membentuk motif Naga.

Kain tradisional yang kedua adalah sayuk alias gendongan. Ini adalah kain khusus yang di buat dengan tekhnik batik, dan dipakai untuk menggendong bayi atau anak kecil. Kain tradisional ini selalu dibuat dengan warna-warna yang sangat menyolok dan diberi motif naga yang sangat kharismatik. Konon motif naga dimaksudkan, agar sang bayi atau anak mendapatkan kekuatan, enerji mistis dari sang Naga. Dan juga perlindungan yang seutuhnya dari yang maha kuasa.

Yang sangat istimewa dalam Pameran Naga Djawi adalah kreasi kreatif seorang desainer muda Tatox Christ asal Magelang, yang menggunakan bahan batik gendongan atau sayuk ini menjadi kreasi fashion seperti gaun dan kemeja yang bernilai tinggi. Sebuah upaya re-inventing kain tradisional menjadi sebuah karya baru yang sangat menarik.

Pameran Naga Djawi, dibuka oleh Ibu Kartika Affandi dengan pemotongan tumpeng Bakpia Djanggut Naga, dan dimeriahkan dengan fashion show karya Tatox Christ dan tarian Barongsai, dengan tujuan mendoakan agar tahun Naga air ini membawa rejeki dan berkat yang berlimpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar