Senin, Februari 06, 2012

Lomba Foto From Djogdjakarta with Love

Tema
From Djogdjakarta with Love dengan materi bebas dan karya boleh diedit.

Hadiah 
Juara I Rp 1.000.000, Juara II Rp 750.000, Juara III Rp 500.000.

Pendaftaran Rp 85.000 (termasuk t-shirt From Djogdjakarta with Love) dan paling lambat
11 Februari 2011. 

Pengumpulan karya di Roemah Pelantjong Jl. Magelang km8 No. 89 Sleman Djogdjakarta dan Ray Digital Jl. Kolombo no.7 (Ruko Kolombo).

Penjurian akan dilaksanakan tanggal 12 Februari 2012 dengan sesi free foto hunting with model di Roemah Pelantjong. Info lebih lanjut hubungi Riri 081 575 170599, Chikon 081 741 07117 atau Iwan Ray Digital 081 938 124 234.

Minggu, Februari 05, 2012

Prasasti Cinta Sultan Djogdjakarta (3)


Menjabat sebagai Raja di Negara Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, tidak membuat Sri Sultan Hamengku Buwono IX semena-mena pada kepentingan rakyat banyak. Beliau memberikan sebagian ruangan dan tanah milik keraton demi berjuang membangun pendidikan di negeri ini.

3. Gedung Keraton untuk UGM

Agresi Militer Belanda ke Indonesia bulan Desember 1948 berdampak buruk pada rintisan pendidikan tinggi di Republik yang baru berdiri 3 tahun. Sejumlah perguruan tinggi di Solo, Klaten, dan Djogdjakarta terpaksa tutup karena prioritas saat itu adalah berjuang melawan penjajahan Belanda.

Tanggal 20 Mei 1949, sejumlah guru besar dan tokoh-tokoh pendidikan terkemuka saat itu bertemu di Pendopo Kepatihan, Keraton Djogdjakarta. Hasil pertemuan itu adalah mereka akan mendirikan kembali perguruan tinggi di wilayah republik Indonesia, yaitu Djogdjakarta.

Kesulitan utama yang dihadapi para Guru besar itu adalah tidak adanya ruang untuk kuliah. Dalam situasi yang penuh semangat perjuangan meningkatkan martabat manusia Indonesia dan melawan penjajahan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton dan beberapa gedung milik kraton untuk digunakan sebagai ruangan kuliah dan perkantoran.

Kesulitan teratasi dan sejak November  1949, berdirilah Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang menyelenggarakan perkuliahannya di lingkungan Keraton Djogdjakarta.

Beroperasinya balai perguruan tinggi Gadjah Mada itu kemudian mendorong lahirnya Universitas Gadjah Mada. Maka pada tanggal 19 Desember 1949 Presiden Indonesia Ir. Soekarno, meresmikan berdirinya Universitas Gadjah Mada sebagai perjuangan sekaligus membuka mata dunia bahwa meski diserang habis-habisan oleh Belanda, Bangsa Indonesia tetap sanggup berdiri dengan tegak. (bersambung).

Kamis, Februari 02, 2012

Prasasti Cinta Sultan Djogdjakarta (2)

Cinta dan pengorbanan ibarat dua sisi mata uang. Begitu besar cinta Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada Republik Indonesia, maka ia relakan kedaulatan Keraton yang dipimpinnya menjadi bagian dan wilayah resmi pertama NKRI.

2. Keraton Djogdjakarta Bergabung dengan NKRI

Tahun 1945, sore hari setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan NKRI, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan bergabung dalam wilayah NKRI. Lalu beliau mengeluarkan maklumat yang kemudian terkenal sebagai Maklumat 5 September 1945.

Isi maklumat itu adalah pernyataan bahwa Keraton Djogdjakarta dan Paku Alam bergabung dengan NKRI. Padahal saat itu tidak ada satu kerajaan ataupun negara-negara bentukan Belanda yang menyatakan bergabung dengan NKRI sehingga Yogyakarta merupakan wilayah pertama di NKRI.

Menurut Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo, seperti dikutip Kompas.com, “Pernyataan bergabungnya Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke dalam NKRI memiliki nilai strategis yang luar biasa karena saat itu, meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, namun kolonialis Belanda selalu menyatakan mana wilayahmu sebagai sebuah negara,” katanya.

“Dengan pernyataan bergabungnya wilayah Yogyakarta ke NKRI waktu itu, menjadikan negara yang baru merdeka tersebut memiliki wilayah kedaulatan, dan langkah ini pun kemudian diikuti wilayah-wilayah lain, termasuk negara-negara atau kerajaan-kerajaan di Nusantara yang dibentuk Belanda,” katanya.

Pengorbanan lain Raja Djogdjakarta yang tidak kalah penting adalah ketika NKRI berdiri harus mencetak Oeang/uang Republik Indonesia (ORI) sehingga harus ada jaminan uang emas di Bank Indonesia. Saat itu pula, Sri Sultan HB IX menyerahkan emas batangan milik Keraton Djogdjakarta sebagai jaminan. (bersambung)

Rabu, Februari 01, 2012

Prasasti Cinta Sultan Djogdjakarta (1)


Sri Sultan Hamengkubuwono IX almarhum adalah pribadi yang cinta pada rakyatnya. Bukti-bukti cinta beliau terpampang di seluruh sudut Djogdjakarta dan dapat kita nikmati hingga saat ini. Di antaranya adalah kesediaan beliau bergabung dengan NKRI, penyusunan Serangan Umum 1 Maret 1049, pembuatan Selokan Mataram, hibah tanah untuk UGM, dan masih banyak lagi lainnya.

Bertepatan dengan bulan Februari yang ditasbihkan sebagai bulan kasih sayang, djogdjakarta.com menurunkan cuplikan-cuplikan bukti cinta Sultan Djogdjakarta pada Rakyatnya.

Selokan Mataram
Selokan Mataram adalah salah satu prasasti cinta Sultan pada rakyat Djogdjakarta.
Sekitar tahun 1943, penjajah Jepang sedang gencar mengadakan romusha untuk mengambil kekayaan alam Indonesia guna mendukung perang mereka melawan sekutu.

Raja Djogdjakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang mengetahui kekejaman tentara Jepang berpikir bagaimana menyelamatkan rakyat Djogdjakarta agar terhindar dari romusha.

Lalu kepada Jepang beliau mengatakan bahwa Djogdjakarta adalah daerah tandus tadah hujan dengan hasil bumi berupa ketela. Karena itu Sultan meminta Jepang agar menyuruh rakyat Djogdjakarta membangun selokan yang menghubungkan Kali Progo dengan Kali Opak. Sehingga nantinya di musim kemaraupun lahan pertanian di Djogdjakarta dapat menghasilkan padi dan bisa membantu kebutuhan tentara Jepang.

Ternyata Jepang mendengarkan sabda Sultan dan terbebaslah warga Djogdjakarta dari Romusha, diganti dengan membangun saluran air yang sebenarnya untuk kemakmuran warga juga.

Sejak adanya Selokan Mataram, kehidupan rakyat Djogdjakarta lebih makmur daripada sebelumnya. Selokan sepanjang 31 KM itu telah mengairi ribuan hektar lahan pertanian hingga saat ini.

Jika Anda tertarik, Anda bisa menelusuri Selokan Mataram hingga ke hulunya di sungai Progo. Semakin ke hulu, Anda akan disuguhi pemandangan alami pedesaan dan keramahan warga Djogdjakarta.

Selasa, Januari 24, 2012

Keajaiban Mitos Naga



Sleman - Naga adalah hewan yang sampai sekarang belum bisa dibuktikan keberadaannya, akan tetapi ajaibnya diberbagai belahan dunia mempercayai mitos Naga ini. Mengenai bentuknya seperti hewan apa naga itu, kebanyakan menggambarkannya dengan seekor ular besar dengan kepala menyerupai singa. Di dunia belahan barat dan timur mempunyai versi masing-masing cerita tentang mitos naga.

Bertepatan dengan menjelang perayaan Imlek yang akan memasuki tahun Naga Air, Rumah Pelantjong menggelar pameran bermacam-macam barang hasil karya seni bertemakan naga, Minggu (22/01) pagi. Mulai dari lukisan, kerajinan kulit, gaun dan kain batik asli dari Jogjakarta. Kain batik yang paling unik adalah batik yang berasal dari Imogiri yaitu batik dengan teknik "nitik". Sesuai dengan namanya, teknik batik ini menghasilkan gambar dari susunan titik-titik sehingga membentuk gambar naga.

Pameran yang dibuka oleh Kartika Affandi ini mengambil tema "Naga Djawi". Di Jogjakarta sendiri simbol naga juga sudah ada sejak dulu, simbol yang memiliki arti kekuatan ini tertuang dalam ornamen rumah jaman dulu hingga keraton. Simbol naga juga dipakai pada ornamen keris, rangka gamelan, hingga kain gendong jaman dulu yang sering dikenal dengan sayuk. "Ini membuktikan bahwa naga bukan milik orang Cina saja, naga milik kita semua terbukti dengan adanya simbol-simbol naga diseluruh penjuru dunia termasuk Jawa" ujar Kafi Kurnia, kurator Rumah Pelantjong.

Acara yang berlangsung kurang lebih 2 jam ini juga menghadirkan kuliner khas bernuansa naga yaitu Bakpia Djanggut Naga dan fashion show baju dengan kain motif naga. Hiburan liong dan barongsai yang atraktif oleh kelompok Naga Selatan, menutup acara pembukaan pameran bertema "Naga Djawi" ini. (Sc) Sumber: jogjanews.com

Pameran Naga Jawi


Sleman, www.jogjatv.tv  Menyambut Tahun Baru Cina atau Imlek, pada hari Minggu (22/1) pagi, Roemah Pelantjong menggelar Pameran “Naga Jawi” yang menyajikan beraneka macam kegiatan unik. Pameran yang dibuka oleh Kartika Affandi ini menampilkan kesenian naga barongsai, dan juga peluncuran bakpia unik, yakni bakpia janggut naga yang merupakan produksi edisi terbatas.
Dalam pameran tersebut, Roemah Pelantjong juga menyuguhkan kegiatan fashion show dari perancang asal Magelang, Tatok Prihasmanto. Fashion show bertema naga ini menampilkan gaya berbusana sederhana dalam potongan dan detail gaya Cina dengan material tradisional berupa jarik gendong. Di lantai 2, Roemah Pelantjong juga dmenampilkan pameran foto, lukisan, t-shirt, kuliner dan marchandise dengan visual Naga Jawi. (Ernyta – Abdul Maarif / Riza)

Senin, Januari 23, 2012

Pameran Naga Jawa

Oleh: Kafi Kurnia

Tarikh Tiongkok yang berbasis lunar, pada tanggal 23 Desember 2012, memasuki sebuah awalan baru, yaitu tahun Naga. Atau lebih dikenal dengan Shio Naga. Shio dalam penanggalan Tiongkok selalu berlambang hewan. Dan ada 12 shio dalam satu siklus. Naga adalah shio ke lima, dan tahun ini berdasarkan perhitungan Feng Shui, shio naga tahun 2012 dipengaruhi oleh elemen air.

Walaupun Naga merupakan hewan mistis, yang diciptakan berdasarkan legenda, penokohan naga ada dalam budaya barat dan timur. Meskipun bentuk penokohan-nya sangat berbeda. Naga yang merupakan simbol kekuatan kini dipengaruhi air yang sangat lentur dan mudah berubah bentuk. Maka tahun 2012 dipercaya akan menjadi tahun yang sangat unik. Sebuah awal dari sebuah peradaban baru dengan kekuatan baru. Setelah gejolak di Timur Tengah, dan wafatnya sejumlah diktator di tahun 2011. Maka 2012 dipercaya akan memunculkan kekuatan-kekuatan baru.

Di tanah Jawa sendiri, penampakan dan penokohan Naga, sangat tidak asing. Berbagai ornamen lama di gedung-gedung tua, dan kraton, sarat dengan simbol-simbol naga. Termasuk didalam bentuk-bentuk keris, perabot rumah tangga serta ornamen gong dan gamelan. Uniknya motif naga juga sangat kaya dalam kain-kain tradisional seperti Batik. Dan bentuk penokohan dan penampakan naga tersebut sangat khas dengan budaya Jawa.

Roemah Pelantjong sebagai hub-kreatif di Djogdjakarta, yang memiliki misi untuk menjadikan Djogdjakarta sebagai tujuan pariwisata global berikutnya, mulai tanggal 22 Januari 2012 menggelar sebuah pameran unik. Yakni, gelaran  yang diberi nama NAGA DJAWI. Pameran ini merupakan event dengan menggelar sejumlah kegiatan;mulai dari kuliner, batik, lukisan, foto, t-shirt, hingga merchandise.

Pameran Naga Djawi menggelar peluncuran Bakpia Unik yaitu BAKPIA DJANGGUT NAGA. Bakpia yang berasal dari dialek HOKKIEN yang artinya kue berisi daging. Konon merupakan sebuah peristiwa kuliner unik. Karena berawal dari budaya Peranakan, kini BAKPIA telah berubah menjadi oleh-oleh khas asli Djogdjakarta. Bakpia sendiri memiliki sejumlah cerita awal yang berbeda-beda dan menjadi legenda tersendiri.

Salah satu cerita favorite, adalah kue yang dikenal dengan sebutan “Lou Pho Piang” – atau kue istri ini , berawal dari sebuah desa terpencil di Tiongkok. Saat itu sebuah penyakit misterius tengah menjadi wabah di seluruh desa. Ada sepasang suami istri yang orang tuanya terjangkit penyakit tersebut.

Maka sang istri bekerja siang dan malam untuk mencari uang untuk membeli obat. Sang suami tersentuh, lalu membuat kue istimewa untuk sang istri. Cerita itu menyebar cepat keseluruh negeri, dan menjadi perlambang cinta. Termasuk di Djogdjakarta. Dan untuk menyambut tahun NAGA, Roemah Pelantjong menyajikan Bakpia Djanggut Naga yang esklusif.

Pameran Naga Djawi juga menggelar sejumlah lukisan dari para artis “street art” yang sedang naik daun. Artis seperti Anton Win, Aji, Sabik, Rewhat, Alil dan Rudy. Dan sebuah lukisan anyar, dari kartunis asal Djogdjakarta – Sukribo. Lukisan yang berjudul “ROCK’N’ROLL DRAGON” menampilkan interpertasi dan dinamika negeri yang bergejolak untuk menunggangi sang naga, agar bisa dikendalikan. Dinamika dan pergerakan yang terlukiskan menunjukan enerji dan perjuangan yang berkesinambungan. Menunjukan semangat pantang menyerah yang ditata dalam humor khas Sukribo.

Hal langka yang juga unik adalah pameran kain tradisional. Yang pertama adalah pameran sejumlah kain tradisional yaitu batik asli Djogdjakarta. Sejumlah batik tulis dengan motif naga di buat oleh pengrajin dan artis batik di Bayat dan Bantul. Batik-batik ini dibuat hanya dalam satu warna atau mono-chrome yang tradisional. Dan dua warna yang sangat indah dan mempesona. Pameran Naga Djawi juga menampilkan batik nithik asli Imogiri. Batik tradisional ini sangat berbeda dalam cara pelukisan-nya, yaitu tidak dilukis melainkan dilakukan dengan cara menitik-kan sejumlah titik yang membentuk motif Naga.

Kain tradisional yang kedua adalah sayuk alias gendongan. Ini adalah kain khusus yang di buat dengan tekhnik batik, dan dipakai untuk menggendong bayi atau anak kecil. Kain tradisional ini selalu dibuat dengan warna-warna yang sangat menyolok dan diberi motif naga yang sangat kharismatik. Konon motif naga dimaksudkan, agar sang bayi atau anak mendapatkan kekuatan, enerji mistis dari sang Naga. Dan juga perlindungan yang seutuhnya dari yang maha kuasa.

Yang sangat istimewa dalam Pameran Naga Djawi adalah kreasi kreatif seorang desainer muda Tatox Christ asal Magelang, yang menggunakan bahan batik gendongan atau sayuk ini menjadi kreasi fashion seperti gaun dan kemeja yang bernilai tinggi. Sebuah upaya re-inventing kain tradisional menjadi sebuah karya baru yang sangat menarik.

Pameran Naga Djawi, dibuka oleh Ibu Kartika Affandi dengan pemotongan tumpeng Bakpia Djanggut Naga, dan dimeriahkan dengan fashion show karya Tatox Christ dan tarian Barongsai, dengan tujuan mendoakan agar tahun Naga air ini membawa rejeki dan berkat yang berlimpah.