Rabu, September 28, 2011

Semua yang Pelan Ada di Sini

JOGJA, punya satu lagi tujuan wisata. Sebuah pusat belanja yang diberi nama Roemah Pelantjong. Swalayan pelan ini didirikan oleh Kafi Kurnia dan teman-temannya dan diresmikan pada 18 Juni 2011. Sekarang, Roemah Pelantjong sudah operasional dan siap menjadi salah satu rujukan wisatawan asing maupun domestik yang berkunjung ke Jogjakarta.


Surganya Wisata kreatif

Para pelaku bisnis, jajaran pemda dan pemprov, tampaknya sudah menyadari masalah ini. Tumbuh suburnya desa-desa wisata, yang menawarkan sajian wisata berbeda belakangan ini, adalah wujud dan bentuk kreativitas yang sudah mulai tercipta. Wisata kreatif harus ditumbuhkan dan ini berbasiskan masyarakat lokal. Setidaknya kini sudah ada 45 desa wisata yang siap 'dijual' ke wisatawan.

SAYEMBARA BAMBOO SAURUSS

... SAYEMBARA BAMBOO SAURUSS - A journey of re newable faith .... caranya mudah : Kunjungi BAMBOO SAURUSS di PACIFIC PLACE - Jakarta - hingga tanggal 11 SEPTEMBER 2011 .... sebuah patung bambu setinggi 3 meter dalam bentuk T-Rex bermotif batik parang .... Anda cukup berfoto didepannya dengan gaya yang unik dan nyeleneh ..... kirim foto anda ke ajaib@cbn.net.id ..... foto yang terpilih akan mendapatkan hadiah berupa merchandise khas ROEMAH PELANTJONG

BAMBOO SAURUSS – A Journey of Renewable Faith

Ritual berpuasa selama 30 hari penuh, barangkali tidaklah semestinya dianggap hanya sebagai kewajiban beragama. Barangkali maknanya jauh lebih dalam dan sangat dalam. Komikus terkenal Djogdjakarta Ismail Sukribo bersama dengan 7 orang perupa akan menempuh ritual puasa ini dengan sebuah perjalanan spiritual yang sangat unik. Sebuah patung T- Rex yang telah punah, kembali dihidupkan dan dibuat dari anyaman bamboo setinggi 3 meter. Patung T-Rex dari anyaman bamboo ini lalu diberi motif batik parang, dan rencananya akan di pamerkan di Pacific Place selama bulan Puasa. Patung ini diberi nama Bamboo Sauruss.


Fashion Show Kerudung

Mulai tanggal 12 Agustus hingga Lebaran, Roemah Pelantjong di Djogdjakarta menggelar sebuah acara esklusif berupa pameran “Sajadah dan Kerudung”. Pameran unik ini digagas Roemah Pelantjong sebagai salah satu event untuk merayakan Ramadhan 2011. Event seperti ini direncanakan akan dilakukan secara teratur di bulan-bulan berikutnya dengan berbagai tema kreatif dan unik.

Pameran Sajadah dan Kerudung

 Sumber: Jogjanews
Sajadah yang akrab dengar ritual berdoa dan shalat yang biasanya ditampilkan dengan tenunan permadani secara klasik, kini tampil berbeda dengan kain berkonsep perca yang unik. Sedangkan kerudung yang terbuat dari sutra liar dalam warna yang sangat sederhana menambah daya tarik Pameran Sajadah dan Kerudung di Roemah Pelantjong Yogyakarta.


Kunjungan Concept Magazine

Sumber: Concept Magazine
Berangkat dari ide untuk memproklamirkan Djogdjakarta, sebagai Ibu Kota Pelan di dunia dan untuk meletakan Djogdjakarta di peta industri turisme dunia, yang memiliki keunikan budaya, dan keindahan alam, serta kualitas hidup yang sangat tinggi, maka Kafi Kurnia dan teman-teman mendirikan sebuah pasar swalayan “pelan” pertama di dunia “Roemah Pelantjong.” Swalayan “pelan” ini terletak di Jalan Raya Magelang Km 8, tak jauh dari area Candi Borobudur.

Roemah Pelantjong, Surganya Wisata Pelan

Sumber: Biang Penasaran
Seorang murid bertanya kepada gurunya, mengapa ia selalu nampak berbahagia setiap saat. Apapun situasinya. Biarpun ketika sang guru makan tanpa lauk, ia makan dengan lahap dan sangat berbahagia. Sang guru membalas dengan senyum, dan kata beliau, “Apa alasan kita untuk tidak berbahagia ? ” Sang murid menggeleng bingung. Sang guru melanjutkan “Kita tidak berbahagia, ketika kita mengejar segala-galanya dan dikalahkan waktu. Bukankah kita akan bahagia selama hidup kita satu irama dengan waktu ?” Cerita Zen tadi diceritakan guru spiritual Kafi Kurnia, hampir 20 tahun yang lalu. Saat itu Kafi diajarkan untuk memperlambat hidupnya, menikmati jedah, dan tertawa setiap kali ada kesempatan. Percaya atau tidak hal inilah yang menyelamatkan kehehidupan Kafi Kurnia selanjutnya.

Lebih dari 5 tahun kemudian, di Bali, sambil menikmati senja yang turun di Jimbaran, seorang teman sambil bergurau, bercerita tentang keinginan-nya untuk hidup bermalas-malas-an. Karena bermalas-malasan adalah kemewahan hidup yang berikutnya. Ide itu melekat kuat dalam benak Kafi Kurnia.