Senin, Oktober 24, 2011

Yogya Pelan Dalam Mural

Foto-foto: tuyuloveme.blogspot.com
Sumber: Kedaulatan Rakyat

KARYA street art seringkali dipandang sebelah mata. Terpampang di pinggir jalan tanpa apresiasi yang layak. Tak jarang, karya tersebut dianggap merusak keindahan kota karena dilukis pada tembok-tembok yang menjadi ruang publik.

Parahnya, seniman street art dituding sebagai pelaku kriminal karena dianggap berbuat vandalisme. Pandangan salah tersebut coba diluruskan dalam ‘Djogjakarta Slowly Asia’ yang digelar di Rumah Pelantjong mulai Kamis (20/10).

Seniman street art Yogya diwadahi untuk berkarya dalam ‘kanvas’ tembok sepanjang 700 meter persegi. Mereka yang turut dalam pergelaran ini, Sucktrash, What1204, Nside, Vayne, Muck, Oaker, Nick, Ant, Oyster, Bigshow, Tragic, Blame, Rubseight dan Tuyuloveme.

Tema besar yang diangkat, menjadikan Yogya sebagai ibukota Pelan. Kurator Djogjakarta Slowly Asia, Kafi Kurnia mengungkapkan bahwa karya street art menampilkan kejujuran karena dipajang di jalanan dan berada di ranah publik. Seniman street art berkarya untuk mengubah paradigma negatif menjadi hal positif.

“Tentunya karya seni tersebut harus dinikmati dengan pelan, karena ukuran karya seringkali teramat besar,” ujarnya. Pelan di sini, berbeda dengan lambat. Pelan bermakna menikmati kehidupan dengan kemewahan. Pasalnya, manusia saat ini cenderung tergesa-gesa dalam melakoni apa pun karena merasa tidak memiliki waktu banyak.


Kafi menegaskan bahwa street art sejajar dengan karya seni lain. Meski berbeda media untuk penyaluran kreativitas tersebut, street art lebih dari kenakalan walau ditampilkan lugas. Karya seniman Yogya, lanjutnya, bisa menjadi referensi dari seniman daerah lain karena memiliki ciri khas yang kental. Dalam satu lorong di Rumah Pelantjong, tertulis tegas ‘Welcome To Minioboro.’ Ada harapan, agar panggung seniman terpinggirkan ini selayak Malioboro, menjadi kantong budaya baru, yang tercipta dengan pelan namun pasti. (*-7)-k

Minggu, Oktober 23, 2011

Pameran Street Art "Djogdjakarta Slowly Asia"


Sumber: RRI
Ditangan seniman kreatif, mural dan street art berhasil memperindah kota Yogyakarta dan juga telah menyematkan dukungan predikat Yogyakarta sebagai Kota Budaya ditengah suasana kesemrawutan grafis kota yang cenderung tak teratur dan tidak memiliki konsep estetika kota, antara penghuni kota dengan lingkungan disekitarnya. Mural dan street art berhasil meredam teror visual iklan komersial sehingga gerakan memuralkan dan men-street-art-kan ruang publik layak mendapatkan acungan jempol.

Street Art di Roemah Pelantjong

Teks dan Foto: Budi W. Gudeg.net

Street Art semacam mural (grafity) kalau dilakukan ditempat publik bisa dikategorikan vandalisme. Namun, Roemah Pelantjong memberikan media bagi para Street artists untuk mengekspresikanya. Ide ini digagas oleh Kafi Kurnia selaku CEO Roemah Pelantjong.

Pameran Street Art "Djogjakarta Slowly Asia" memang memiliki tujuan mulia agar para perupa street art bisa memiliki media dan bebas untuk mengekspresikannya.

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya memberikan luasan dinding sebanyak 700 m kepada mereka yang ingin "bercorat-coret" secara bebas. Tidak hanya itu, di Roemah Pelantjong juga terdapat Minioboro, semacam mininya Malioboro.

Dinding-dinding yang dahulunya polos kini terisi gambar grafity yang bagus-bagus. Sebut saja Rubs8, Vayne, Nsideone, Sucktrash dan lian sebagainya.

Tidak hanya menikmati mural saja yang bisa Anda nikmati, Anda juga bisa berbelanja aneka macam oleh-oleh yang dipampang di Roemah Pelantjong. Batik, kaus, aneka makanan olahan bisa Anda borong disana.

Sabtu, Oktober 22, 2011

(Pengantar Pameran Street Art) Membaca Street Art dengan Smart


Di tangan seniman kreatif, mural dan street art berhasil memperindah kota Yogyakarta. Mural dan street art telah menyemaikan dukungan predikat Yogyakarta sebagai kota budaya, di tengah suasana kesemrawutan grafis kota yang cenderung tak teratur, dan tidak memiliki konsep estetika kota antara penghuni kota dengan lingkungan sekitarnya.

Mural dan street art berhasil meredam teror visual yang ditembakkan iklan komersial dan berujung sampah visual. Gerakan memuralkan dan me-streetart-kan ruang publik layak mendapatkan acungan dua jempol sekaligus. Mengapa gerakan mulia itu patut diberi dukungan sepenuh hati? Karena mural dan street art mampu memberikan nuansa bermakna indah di ruang publik. Keberadaan mural dan street art dapat difungsikan menjadi dekorasi kota yang menarik dan artisik.

Karena dihadirkan di ruang publik, maka mural dan street art juga memiliki konsekuensi moral sebagai sebuah karya publik. Di antaranya: siapa pun saja boleh melihat, siapa saja diperkenankan mengakses keberadaannya, serta siapa saja dapat menjadikannya sebagai latar belakang berfoto ria. Yang disebutkan di belakang tadi adalah sisi kebermanfaatannya. Sebaliknya, pada sudut lain, eksistensi karya mural dan street art yang menempati ruang publik harus merelakan diri untuk menerima berbagai bentuk kejahatan visual yang menganibal karya tersebut dengan karya lainnya. Pendeknya, keamanan karya mural dan street art sangat riskan atas serangan kamu vandalis.

Di luar masalah vandalisme terhadap karya mural dan street art di ruang publik, sejatinya keberadaannya perlu dipertimbangkan pula bagaimana kesinambungan perawatannya, agar karya tersebut tetap awet dan terjaga dengan baik.

Mengapa perihal perawatan mural dan street art menjadi penting? Karena sejujurnya, karya mural dan street art tidak terlalu jauh bedanya dengan karya grafis kota atau media outdoor. Dari sisi ketahanan bahan, karya mural dan street art memiliki rentang waktu batas ketahanan fisik berkisar 1-3 tahun. Batas ketahanan tersebut menyangkut materi yang digunakan, sebab semakin lama tentu semakin usang. Apalagi jika menggunakan cat yang tidak berkualitas serta tembok yang usang maka, cat sebagai material utama untuk memvisualkan karya mural dan street art akan mudah mengelupas sehingga objek yang dimuralkan dan di-streetart-kan tidak jelas lagi. Efek negatifnya, karya mural dan street art pun dapat dikategorikan sebagai sampah visual.

Untuk itu, agar kualitas karya mural dan street art dapat bertahan minimalnya 1-3 tahun mendatang, para seniman mural dan street art harus memilih tembok yang ada di ruang publik serta menggunakan cat yang berkualitas agar mural dan street art benar-benar menjadi sebuah dekorasi kota yang indah dan artistik.

Selain itu, agar keberadaan karya mural dan street art tidak diserang kaum vandalis yang suka merusak karya mural dan street art, maka para seniman dalam penggarapan mural dan street art, perlu juga melibatkan masyarakat sekitar. Termasuk di dalamnya melibatkan anak jalanan, pengamen, pedagang kakilima, dan tukang parkir di sekitar kawasan yang memasang karya mural dan street art. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga kelangsungan sebuah karya mural dan street art secara sosial dan bermartabat.

Ketika karya mural dan street art ditorehkan ke dalam ruang publik maka partisipasi aktif dan keterlibatan masyarakat di sekitar lokasi mural dan street art tersebut sangat dibutuhkan. Manakala hal itu terwujud, maka masyarakat pun mendapat kepercayaan untuk menunjukkan rasa memiliki atas sebuah karya seni di ruang publik bernama mural dan street art.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana jadinya ketika karya mural dan street art yang wajarnya ditorehkan di ruang publik dengan serta dipindahkan ke dalam sebuah ruangan yang besar, bersih dan nyaman. Bagaimana pula cita rasa visualnya ketika karya mural dan street art dipajang di ruang pamer yang ditempatkan di bawah atap sejuk yang melindunginya dari pancaran terik matahari, tampias guyuran hujan, serta melindunginya dari serangan kaum vandalis?

Atas beragam pertanyaan tersebut, dengan jujur saya juga belum dapat menjawabnya. Tetapi yang jelas, dengan semangat positive thinking kita simak pameran mural dan street art berjuluk “DJOGDJAKARTA SLOWLY ASIA” Sebuah pameran mural dan street art yang digelar di Roemah Pelantjong Jl. Magelang KM.8 Yogyakarta sejak 20 Oktober 2011.

Selamat membaca karya mural dan street art dengan smart.

*) Sumbo Tinarbuko (www.sumbotinarbuko.com) adalah Pengamat Ruang Publik dan Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta.
**) Foto: Halaman Sumbo Tinarbuko di Facebook.

Selasa, Oktober 18, 2011

Ini Dia Djogdjakarta Slowly Asia

Sumber: Jalanjalannews.blogspot.com

APA SIH Djogdjakarta Slowly Asia? Belakangan kok banyak diperbincangkan di sosial media, ya. Penasaran? Yaks, pada Kamis, 20 Oktober 2011, mulai jam 12.00 WIB Pameran Street Art bertema Djogdjakarta Slowly Asia ini akan diluncurkan. Pameran ini merupakan rangkaian dari Djogdjakarta Bienalle XI yang akan dimulai di Roemah Pelantjong, Jalan Magelang KM 8 Djogdjakarta.

Setelah peluncuran besok, pada jam 16.00 WIB-nya, acara akan dilanjutkan dengan open house untuk masyarakat umum. Selanjutnya, akan ada pagelaran Hip Hop Jawa dengan penampilan 10 grup yang akan menampilkan atraksi unik bernuansa jawa Kontemporer.

Lagi-lagi, apa sih Djogdjakarta Slowly Asia? Hehehe. ini jawabannya. Kurator sekaligus CEO Roemah Pelantjong, Kafi Kurnia akan menceritakan panjang lebar. Belum lama ini di New York, ia bertemu beberapa kurator gallery seni rupa kontemporer. Dalam pertemuan itu, ia berbincang-bincang soal street art, mulai dari Keith Haring, Banksy, Sickboy, D’Face, JR, Nunca hingga Shepard Fairey. Obrolan sangat seru hingga larut malam. "Sebelum tidur, saya masih tercekam dengan salah satu komentar rekan saya, bahwa – “Street Art – Never a Secret”.

Motto ini, katanya, bukanlah sesuatu yang baru. Malah sering dijumpai dalam banyak graffiti di kota-kota besar. Terpampang antara dinding kosong, entah itu dikolong jembatan atau pada bekas pabrik yang ditinggalkan. Berlainan dengan seni-seni halus yang memerlukan podium formal seperti galeri dan museum, maka “street art” adalah bentuk seni yang memilih podium “Exhibitionist” yang terbuka dan menantang. Sehingga menjadi sangat publik.

Itulah sebabnya, “street art” tidak pernah menjadi sebuah rahasia. Bagi banyak pelakunya, “street art” memang masih menjadi sebuah kanal pelampiasan. Anggaplah seperti sebuah masturbasi seni. Jadi jangan heran apabila mereka dimusuhi aparat, terlebih apabila seni yang ditampilkan cuma sekedar corat-coret, yang tidak mengindahkan keindahan dan lingkungan sekitar. Baru belakangan ini saja, artis-artis besar “street art” tampil dengan komposisi sosial yang cerdas, yang tidak jarang meledek dengan humor yang dalam. Maka apresiasi terhadap “street art” mulai meradang hingga ke nilai komersialisasi yang menyaingi seni seni kontemporer lain-nya.

Pameran Street Art “Djogdjakarta Slowly Asia” yang digagas Lentur Gallery/Roemah Pelantjong di Djogdjakarta dimaksudkan menjadi sebuah batu apung baru yang memunculkan keberanian dan pengakuan atas kehadiran sejumlah perupa “street art” Indonesia (selusin jumlahnya), yang bersama-sama mewujudkan sebuah coretan raksasa sepanjang lebih dari 40 meter dalam sebuah kenakalan bersama mengusung Djogdjakarta menjadi pusat turisme dunia yang baru dengan slogan : “Djogdjakarta Slowly Asia”.

Pameran “street art” ini akan menjadi pameran tetap, karena uniknya karya yang terpampang di selasar ini akan dijadikan sebuah pusat kerajinan cindera mata khas Djogdjakarta yang nantinya akan disebut dengan Minioboro alias Mini Malioboro. Mengamati tampilan karya 12 perupa “street art” Djogdjakarta ini, kita diajak menjelajahi sebuah emosi yang terpigura dalam sebuah selimut perca, dengan batas-batas naratif dan visual. Antara yang gamblang, dan yang tersirat. Dan antara yang tampil dan yang tersamar. Tantangan berikutnya tentulah nanti ketika selasar “street art” ini berinteraksi dengan orang banyak. Menguak dan menyentil emosi. "Menggelitik syaraf kita. Lalu meninggalkan kesan. Utuh atau sepenggal. Apapun bentuknya," ujarnya.

"Bagi saya sendiri kenikmatan bercengkrama dengan “street art” – Djogdjakarta Slowly Asia adalah pada kejengahan pola pikir dan interpertasi, bahwa rahasia dan kesucian “street art” memang tidak pernah ada. Sebuah ketelanjangan baru. Yang mengundang tanya dan takjub," kata Kurnia dalam siaran pers.

Senin, Oktober 10, 2011

Djogdjakarta Slowly Asia | a Streetart Exhibition

PARALEL EVENTS BIENNALE JOGJA XI
Roemah Pelantjong Proudly Present
A STREETART EXHIBITION
"DJOGDJAKARTA SLOWLY ASIA"

STREETARTIST :
SUCKTRASH | ANT | WHAT1204 | NSIDE | VAYNE | RUBS8 | MUCK TUYULOVEME | OAKER | NICK | BLAME | OYSTER | BIGSHOW | TRAGIC

OPENING :
20 October 2011
16.00 WIB till drop
(By Kafi Kurnia -Kurator / CEO Roemah Pelantjong)
At ROEMAH PELANTJONG
Jl. Magelang KM.8 Yogyakarta

HIPHOP PERFORM :
| Saintrow (SBY) | Youngsta | Djavallutha | Dirty Connection | | Gangguan (Pasuruan) | N.0.K. wolfgang | Soul2playa | N.O.T || JKH2C | ROU | ROMANU (Wonogiri) | B.E.N.D.O.T (Pasuruan)

Jumat, Oktober 07, 2011

Rabu, Oktober 05, 2011

Bersih Desa Nglanggeran

Foto: Masipoeng
Bersih Desa adalah sebuah ritual dalam masyarakat kita. Bersih Desa merupakan warisan dari nilai-nilai luhur lama budaya yang menunjukkan bahwa manusia jadi satu dengan alam. Ritual ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap alam yang menghidupi mereka.


Senin, Oktober 03, 2011

Tugu Yogyakarta

Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.


Agenda Oktober: Karnaval di Djogdjakarta

www.jogjajavacarnival.com
Djogdjakarta Java Carnival adalah karnaval malam hari yang merupakan kemasan karnaval yang belum ada atau belum pernah diselenggarakan di Indonesia, kecuali di Djogdjakarta. Tuntutan penghadiran teknologi, komposisi bentuk, ragam warna dan siraman cahaya menjadi hal utama dalam mewujudkan kemeriahan dan keceriaan malam. Kemajemukan dari semua bentuk di atas, ditambah dengan akan berkumpulnya artis-artis penampil dan para penikmat karnaval dari berbagai pelosok wilayah Djogdjakarta, Indonesia, bahkan luar negeri itulah yang disatukan dalam sebuah keselarasan …sebuah harmonisasi…harmonisasi di malam hari …dan hanya terjadi di Djogdjakarta.

Minggu, Oktober 02, 2011

Bus Kota Djogdjakarta Aman dan Nyaman

Salah satu bis kota di Djogdjakarta. Sumber foto: Kliksadat
Alat transportasi publik ini mulai ada di Jogja sekitar tahun 80’an menggantikan colt kampus, mobil pic up yang dimodifikasi menjadi angkutan umum. Bus-bus berukuran sedang dengan kapasitas sekitar 27 orang ini melayani kebutuhan bepergian ke berbagai tempat di Kota Jogja. Tidak seperti bus kota di Jakarta yang terkesan kotor, setidaknya bus-bus kota di Jogja relatif lebih bersih sehingga lebih nyaman bagi penumpang. Dengan bus kota, Anda dapat menikmati jalan-jalan dan tempat-tempat menarik di Yogyakarta.

Terminal Bus Jombor

Terminal Jombor adalah terminal bus yang letaknya paling dekat dengan Roemah Pelantjong. Jaraknya hanya sekitar 1 KM. Terminal ini terletak di Yogyakarta bagian utara. Walaupun tak sebesar terminal Giwangan, tetapi Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), trans Jogja, dan travel biasa singgah di sini. Selain angkutan umum, di sini juga terdapat beberapa rental mobil dan jasa paket pengirimann.

Terminal Bus Modern Giwangan

Ruang Tunggu di Terminal Giwangan. Sumber: Detik.com
Terminal Giwangan didirikan pada 10 Oktober 2004 di sebelah Tenggara Djogdjakarta, Tepatnya di depan Jalan Lingkar Selatan (RingRoad Selatan) dengan luas sekitar 5,8 hektare. Terminal ini menggantikan terminal Umbulharjo yang telah bertahun-tahun melayani penumpang bus.


Stasiun Tugu

Sumber foto: Antara
Stasiun Yogyakarta (kode: YK, +113 m dpl) — juga dikenal sebagai Stasiun Tugu — terletak di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan berada di bawah naungan PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VI. Stasiun ini beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur merupakan daerah perbatasan antara Kecamatan Jetis dan Gedongtengen. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan kereta api (KA) kelas eksekutif dan bisnis. Pemberangkatan dan kedatangan KA kelas ekonomi dilayani di Stasiun Lempuyangan.

Bandara Adisutjipto

Bandar Udara Internasional Adisutjipto - Yogyakarta (JOG) merupakan gerbang udara wisata terpenting bagi kawasan segitiga JOGLOSEMAR (Jogja-Solo-Semarang). Dengan daerah pelayanan yang mencakup wilayah DIY, Jawa Tengah Bagian Selatan dan Jawa Timur Bagian Barat serta jumlah penumpang yang selalu meningkat, JOG telah menempatkan diri sebagai bandar udara tersibuk ke 3 di Pulau Jawa, setelah Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta dan Juanda Surabaya.

Peta Digital Djogdjakarta

Jangan pernah khawatir tersesat saat berada di Djogdjakarta. Jika Anda bingung arah atau tempat yang mau dikunjungi, tanyalah pada semua orang yang Anda temui di Djogdjakarta maka mereka akan menjawab dengan ramah dan menjelaskan dengan lengkap.

Nah, untuk melengkapi perjalanan, ada alat yang bisa Anda gunakan untuk memandu jalan-jalan di Djogdjakarta. Bentuknya peta digital yang didisain menggunakan flash. Silahkan download di sini.

Always Slow

Sabtu, Oktober 01, 2011

Sensasi Sepatu Rajut

Sejarah mencatat rajut telah ada sejak tahun 1500 SM. Tapi sedikitnya ada tiga versi asal muasal rajut. Pertama, rajut berasal dari Arab dan menyebar di sepanjang jalur perdagangan mereka. Kedua, rajut berasal di Amerika Selatan, di mana sebuah suku primitif menggunakan rajut untuk upacara anak yang memasuki masa akilbalik/puber. Versi ketiga, fakta bahwa di Cina, sejak lama telah ada boneka berbahan rajutan.

Dibyo Primus: Mari Budayakan Pelan

Selamat atas dibukanya Roemah PELANtjong. Budaya PELAN memang harus kembali dihadirkan di tengah masyarakat yang kian umpel-umPELAN. modernitas yang menuntut serba cepat tak menyadari bahwa bersamanya ada ancaman tenggelam secara PELAN-PELAN. kita prihatin, meski sudah ada peringatan jalan PELAN-PELAN, tapi masih saja pada ngebut, seolah papan peringatan sekedar temPELAN. semoga Roemah PELANtjong berhasil memperPELAN gaya hidup dengan langgam yang ditabuh PELAN-PELAN. Cukup sekian PELAN-PELAN aku mohon diri (mohon dibaca secara PELAN-PELAN).

Dibyo Primus, PELANtun ide-ide jenaka.