Selasa, November 29, 2011

Pembantaian Orangutan Kaltim Seniman Bikin Patung Kingkong

Foto: Antara/Noveradika
Pembunuhan terhadap monyet dan orangutan (Pongo pygmaeus morio) di Kalimantan Timur memunculkan reaksi beragam para aktivis pencinta hewan di berbagai wilayah di Indonesia. Tak terkecuali di Yogya, bedanya reaksi keprihatinan muncul dari sejumlah seniman Rumah Pelancong di kawasan Mlati, Sleman.



Di sudut Rumah Pelancong, tampak seekor Kingkong setinggi enam meter dengan lebar sekitar tiga meter menyesuaikan dengan bentuk tubuhnya. Sambil duduk sedikit bersila, matanya menatap ke depan seolah khawatir dengan masa depannya. 

Meski hanya terbuat dari anyaman bambu, kemudian diikat dengan kawat agar menyerupai bentuk sesungguhanya. Kingkong itu adalah simbol kepedulian kalangan seniman terhadap aksi pembantaian satwa di beberapa daerah, termasuk Kalimantan Timur.

Karya itu adalah hasil Dari tangan-tangan terampil, Andi Ramdani, Sunardi, Wahyu Setiwan, Anton, Tri P, Didik, dan Wira satu patung Kingkong mulai dibuat sejak sekitar satu bulan silam. Kini proses pembuatan tinggal menunggu finishing di beberapa bagian hingga karya yang sempurna.

Karya itu dibuat tak hanya soal kritik melalui karya seni soal pembantaian orangutan di Kalimantan, tapi  juga memberikan ajakan kepada masyarakat untuk melindungi orangutan dan sejenis dari acaman manusia.

Melalui proses pembuatan dengan berdarah-darah lantaran terkena sayatan bambu, karya itu hampir selesai untuk segera dibawa ke Jakarta pada 5 Desember mendatang. Karya mereka akan di pamerkan pada satu acara yang sengaja mereka akan ikuti jauh-jauh hari.

“Proses pembuatannya cukup menguras tenaga, sebab tangan kami harus berdarah-darah. Tapi sebab usaha bersama, patung semoga siap di bawa ke Jakarta tepat waktu,”kata Andi Ramdani.

Sambil membenahi beberapa bagian Kingkong yang masih kurang rapi, Andi mengungkapkan, butuh sekitar 100 hingga 150 potong bambu untuk membuat patung itu. Memang tak hanya Kingkong yang dibuat oleh Andi Cs yang bergabung dalam kelompok seniman Q+Ant itu.

“Satu lagi yaitu Godzilla, keduanya-duanya pada dasarnya hewan fiktif. Namun setidaknya merepresentasikan beberapa mahluk yang mirip dan ada saat ini, seperti monyet dan komodo,”ujarnya.  

Namun fokus utama mereka termasuk soal keprihatinan terhadap pembantaian orangutan di Kalimantan. Bagi mereka, pelestarian satwa menjadi tanggungjawab bersama tak hanya pemerintah tapi masyarakat yang peduli dengan lingkungan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar