Di tangan seniman kreatif, mural dan street art berhasil memperindah kota Yogyakarta. Mural dan street art telah menyemaikan dukungan predikat Yogyakarta sebagai kota budaya, di tengah suasana kesemrawutan grafis kota yang cenderung tak teratur, dan tidak memiliki konsep estetika kota antara penghuni kota dengan lingkungan sekitarnya.
Mural dan street art berhasil meredam teror visual yang ditembakkan iklan komersial dan berujung sampah visual. Gerakan memuralkan dan me-streetart-kan ruang publik layak mendapatkan acungan dua jempol sekaligus. Mengapa gerakan mulia itu patut diberi dukungan sepenuh hati? Karena mural dan street art mampu memberikan nuansa bermakna indah di ruang publik. Keberadaan mural dan street art dapat difungsikan menjadi dekorasi kota yang menarik dan artisik.
Karena dihadirkan di ruang publik, maka mural dan street art juga memiliki konsekuensi moral sebagai sebuah karya publik. Di antaranya: siapa pun saja boleh melihat, siapa saja diperkenankan mengakses keberadaannya, serta siapa saja dapat menjadikannya sebagai latar belakang berfoto ria. Yang disebutkan di belakang tadi adalah sisi kebermanfaatannya. Sebaliknya, pada sudut lain, eksistensi karya mural dan street art yang menempati ruang publik harus merelakan diri untuk menerima berbagai bentuk kejahatan visual yang menganibal karya tersebut dengan karya lainnya. Pendeknya, keamanan karya mural dan street art sangat riskan atas serangan kamu vandalis.
Di luar masalah vandalisme terhadap karya mural dan street art di ruang publik, sejatinya keberadaannya perlu dipertimbangkan pula bagaimana kesinambungan perawatannya, agar karya tersebut tetap awet dan terjaga dengan baik.
Mengapa perihal perawatan mural dan street art menjadi penting? Karena sejujurnya, karya mural dan street art tidak terlalu jauh bedanya dengan karya grafis kota atau media outdoor. Dari sisi ketahanan bahan, karya mural dan street art memiliki rentang waktu batas ketahanan fisik berkisar 1-3 tahun. Batas ketahanan tersebut menyangkut materi yang digunakan, sebab semakin lama tentu semakin usang. Apalagi jika menggunakan cat yang tidak berkualitas serta tembok yang usang maka, cat sebagai material utama untuk memvisualkan karya mural dan street art akan mudah mengelupas sehingga objek yang dimuralkan dan di-streetart-kan tidak jelas lagi. Efek negatifnya, karya mural dan street art pun dapat dikategorikan sebagai sampah visual.
Untuk itu, agar kualitas karya mural dan street art dapat bertahan minimalnya 1-3 tahun mendatang, para seniman mural dan street art harus memilih tembok yang ada di ruang publik serta menggunakan cat yang berkualitas agar mural dan street art benar-benar menjadi sebuah dekorasi kota yang indah dan artistik.
Selain itu, agar keberadaan karya mural dan street art tidak diserang kaum vandalis yang suka merusak karya mural dan street art, maka para seniman dalam penggarapan mural dan street art, perlu juga melibatkan masyarakat sekitar. Termasuk di dalamnya melibatkan anak jalanan, pengamen, pedagang kakilima, dan tukang parkir di sekitar kawasan yang memasang karya mural dan street art. Hal ini perlu dilakukan demi menjaga kelangsungan sebuah karya mural dan street art secara sosial dan bermartabat.
Ketika karya mural dan street art ditorehkan ke dalam ruang publik maka partisipasi aktif dan keterlibatan masyarakat di sekitar lokasi mural dan street art tersebut sangat dibutuhkan. Manakala hal itu terwujud, maka masyarakat pun mendapat kepercayaan untuk menunjukkan rasa memiliki atas sebuah karya seni di ruang publik bernama mural dan street art.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana jadinya ketika karya mural dan street art yang wajarnya ditorehkan di ruang publik dengan serta dipindahkan ke dalam sebuah ruangan yang besar, bersih dan nyaman. Bagaimana pula cita rasa visualnya ketika karya mural dan street art dipajang di ruang pamer yang ditempatkan di bawah atap sejuk yang melindunginya dari pancaran terik matahari, tampias guyuran hujan, serta melindunginya dari serangan kaum vandalis?
Atas beragam pertanyaan tersebut, dengan jujur saya juga belum dapat menjawabnya. Tetapi yang jelas, dengan semangat positive thinking kita simak pameran mural dan street art berjuluk “DJOGDJAKARTA SLOWLY ASIA” Sebuah pameran mural dan street art yang digelar di Roemah Pelantjong Jl. Magelang KM.8 Yogyakarta sejak 20 Oktober 2011.
Selamat membaca karya mural dan street art dengan smart.
*) Sumbo Tinarbuko (
www.sumbotinarbuko.com) adalah Pengamat Ruang Publik dan Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta.
**) Foto: Halaman Sumbo Tinarbuko di Facebook.